Sejarah Lembaga
SEJARAH LEMBAGA / PONPES MATHLA'UL ANWAR KOTA PONTIANAK
A.
Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah/Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar Pontianak
Latar
belakang berdirinya Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar tidak dapat dilepaskan
dari situasi sosial masyarakat sekitar. Kondisi masyarakat sekitar cukup
beragam. Ragam suku hidup bersama secara suku, baik Melayu, Cina, Madura Jawa
maupun Bugis. Suku-suku ini mayoritas adalah penganut agama Islam yang taat,
kecuali etnis Tionghoa. Masyarakat Islam sangat mendambakan sebuah lembaga pendidikan
Islam yang bersifat terpadu terbimbing sepenuhnya.
Tuntutan
masyarakat ini menggugah naluri Ustadz A. Dhujaedi Abdullah dan Yakop Abdullah
untuk segera dapat mewujudkan impian masyarakat setempat. Ustadz A. Djuhaedi
Abdullah adala h seorang guru yang berstatus PNS yang mengajar sebuah Madrasah
di Bawamai. Ia berasal dari Banten, karena memang ia adalah seorang tenaga Da’i
di daerah transmigrasi Satai Kabupaten Sambas. Sebagaimana diketahui bahwa
Banten merupakan pusat pergerakan organisasi Islam Mathla’ul Anwar. Ustadz A.
Djuhaedi menggandeng tangan Yakop Abdullah, seorang purnawirawan TNI sekaligus
tokoh masyarakat setempat yang bersedia mewakafkan sebagian tanah miliknya
untuk kepentingan Pondok Pesantren.
Atas
kerja keras dua tokoh masyarakat ini, pada 17 Juli 1996 secara resmi Pondok
Pesantren Mathla’ul Anwar berdiri. Namun secara operasional kegiatan
pembelajaran baru dimulai pada tanggal 17 Juli 1997. Pada saat berdiri, program
pendidikan yang diselenggarakan adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kepala
Madrasah saat itu adalah Mokhtar A Rais. Dengan santri yang baru berjumlah 13
orang, Pondok Pesantren baru memiliki guru atau ustadz berjumlah 7 orang. Pada
saat ini prasarana yang dimiliki sudah mulai terpenuhi, bahkan untuk kegiatan
pembelajaran yang semula dilakukan di aula sekarang sudah dapat dilakukan
dibeberapa ruang kelas yang sudah persentatif.
Dalam
perkembangan berikutnya, pada tahun 2000, Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar
berhasil membuka jenjang pendidikan Madrasah Aliyah, dengan jumlah santri baru
mencapai 21 orang. Kemudian dalam 2 tahun berikutnya, tepat pada tahun 2002
telah terjadi perkembangan yang sangat cepat. Pada tahun 2018 ini telah
tertampung 550 santri yang berasal dari seluruh wilayah kabupaten dan kota
se-Kalimantan Barat. Bahkan terdapat juga beberapa santri yang berasal dari
Kuching, Malaysia.
Sejak
berdiri hingga saat ini, Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar telah mengalami
beberapa kali pergantian kepemimpinan
1.
Ustadz. Drs. H. Arif Hasbillah (1997-1999)
2.
Ustadz. A Djuhaedi Abdullah, S. Ag (1999-2002)
3.
Ustadz. Drs. H. Rabuin Ahta (2002-2005)
4.
Ustadz. Drs. H. Arif Hasbillah (2005-2008)
5.
Ustadz. KH Ahmad Maghfuri (2008-2011)
6.
Ustadz. KH Ahmad Maghfuri (2011-2017)
7.
Ustadz. Kyai Rahmatullah, S.Pd.I (2017 – sekarang)
B. KEADAAN MASYARAKAT SEKITAR PONDOK
PESANTREN MATHLA’UL ANWAR
Kondisi
sosial masyarakat sekitar Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar sangat beragam suku
hidup diwiyah ini, utamanya Melayu, Tionghoa, Madura, Jawa dan Bugis. Mayoritas mereka adalah
penganut islam yang kuat, kecuali etnis cina yang merupakan penganut agama
leluhur.
Dilihat
dari jenis pekerjaan juga sangat beragam. Sebagian menjadi pegadang terutama etnis Tionghoa, PNS, bagi mereka para pendatang
dari Jawa dan suku asli setempat yakni Melayu, petani dan buruh. Suku bugis
yang menempati wilayah pesisir pekerjaan utamanya adalah sebagai nelayan.
Sebagian besar tingkat perekonomiannya berada dilevel menengah ke bawah. Dilihat
dari afiliasi politiknya, tidak ada dominasi
terhadap partai politik (parpol) tertentu. Kelompok partai politik (parpol)
islam dan nasional memperoleh dukungan massa di wilayah ini.
Tidak ada komentar